Hutan merupakan salah satu tempat yang
banyak manfaatnya bagi kehidupan makhluk hidup yang ada di dalamnya.
Misalnya tumbuhan dan binatang. Para rimbawan berusaha
menggolong-golongkan hutan sesuai dengan ketampakan khas masing-masing.
Tujuannya untuk memudahkan manusia dalam mengenali sifat khas hutan.
Dengan mengenali betul-betul sifat sebuah hutan, kita akan memperlakukan
hutan secara lebih tepat sehingga hutan dapat lestari, bahkan terus
berkembang. Ada berbagai jenis hutan. Pembedaan jenis-jenis hutan ini
pun bermacam-macam pula. Misalnya:
Menurut asal
Kita mengenal hutan yang berasal dari biji, tunas, serta campuran
antara biji dan tunas. Hutan yang berasal dari biji disebut juga ‘hutan
tinggi’ karena pepohonan yang tumbuh dari biji cenderung menjadi lebih
tinggi dan dapat mencapai umur lebih lanjut. Hutan yang berasal dari
tunas disebut ‘hutan rendah’ dengan alasan sebaliknya. Selain itu ada
Hutan campuran, atau disebut ‘hutan sedang’. Penggolongan lain menurut
asalnya adalah hutan primer dan hutan sekunder. Hutan primer merupakan
hutan yang masih asli dan belum pernah dibuka oleh manusia. Hutan
sekunder adalah hutan yang tumbuh kembali secara alami setelah ditebang
atau kerusakan yang cukup luas. Akibatnya, pepohonan di hutan sekunder
sering terlihat lebih pendek dan kecil. Namun, jika dibiarkan tanpa
gangguan —misalnya, selama ratusan tahun— kita akan sulit membedakan
hutan sekunder dari hutan primer.
Hutan dapat dibedakan sebagai hutan dengan permudaan
alami, permudaan buatan, dan permudaan campuran. Hutan dengan permudaan
alami berarti bunga pohon diserbuk dan biji pohon tersebar bukan oleh
manusia, melainkan oleh angin, air, atau hewan. Hutan dengan permudaan
buatan berarti manusia sengaja menyerbukkan bunga serta menyebar biji
untuk menumbuhkan kembali hutan. Hutan dengan permudaan campuran berarti
campuran kedua jenis sebelumnya. Di daerah beriklim sedang, perbungaan
terjadi dalam waktu singkat, sering tidak berlangsung setiap tahun, dan
penyerbukannya lebih banyak melalui angin. Di daerah tropis, perbungaan
terjadi hampir sepanjang tahun dan hampir setiap tahun. Sebagai
pengecualian, perbungaan pohon-pohon dipterocarp (meranti) di Kalimantan
dan Sumatera terjadi secara berkala. Pada tahun tertentu, hutan meranti
berbunga secara berbarengan, tetapi pada tahun-tahun berikutnya meranti
sama sekali tidak berbunga. Musim bunga hutan meranti merupakan
kesempatan emas untuk melihat biji-biji meranti yang memiliki sepasang
sayap melayang-layang terbawa angin.
Berdasarkan susunan jenisnya, kita mengenal hutan
sejenis dan hutan campuran. Hutan sejenis, atau hutan murni, memiliki
pepohonan yang sebagian besar berasal dari satu jenis, walaupun ini
tidak berarti hanya ada satu jenis itu. Hutan sejenis dapat tumbuh
secara alami baik karena sifat iklim dan tanah yang sulit maupun karena
jenis pohon tertentu lebih agresif. Misalnya, hutan tusam (pinus) di
Aceh dan Kerinci terbentuk karena kebakaran hutan yang luas pernah
terjadi dan hanya tusam jenis pohon yang bertahan hidup. Hutan sejenis
dapat juga merupakan hutan buatan, yaitu hanya satu atau sedikit jenis
pohon utama yang sengaja ditanam seperti itu oleh manusia, seperti
dilakukan di lahan-lahan HTI (hutan tanaman industri). Penggolongan lain
berdasarkan pada susunan jenis adalah hutan daun jarum (konifer) dan
hutan daun lebar. Hutan daun jarum (seperti hutan cemara) umumnya
terdapat di daerah beriklim dingin, sedangkan hutan daun lebar (seperti
hutan meranti) biasa ditemui di daerah tropis.
Kita dapat membedakan hutan sebagai hutan seumur
(berumur kira-kira sama) dan hutan tidak seumur. Hutan alam atau hutan
permudaan alam biasanya merupakan hutan tidak seumur. Hutan tanaman
boleh jadi hutan seumur atau hutan tidak seumur.
|